Senin, 30 November 2009

Membangun Keluarga Sakinah

Untuk membangun keluarga sakinah kita harus memiliki visi dan misi dalam rumah tangga sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah saw dan keluarganya. Rumah tangga Rasulullah saw dan Khadijah, Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra’ (sa) adalah contoh yang ideal bagi rumah tangga orang-orang mukmin.

Perempuan sumber Sakinah

وَ مِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكم مِنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَجًا لِتَسكُنُوا إِلَيْهَا وَ جَعَلَ بَيْنَكم مَوَدَّةً وَ رَحْمَةً إِنَّ فِى ذَلِك لاَيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ.
Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya Dia menciptakan untuk kalian isteri dari species kalian agar kalian merasakan sakinah dengannya; Dia juga menjadikan di antara kalian rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya dalam hal itu terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berpikir.” (Ar-Rûm: 21).
Hak-hak Suami

1. Sebagai pemimpin rumah tangga



الرِّجَالُ قَوَّمُونَ عَلى النِّساءِ بِمَا فَضلَ اللَّهُ بَعْضهُمْ عَلى بَعْضٍ

“Kaum lelaki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita)..”(An-Nisa’: 34)


2. Dipatuhi dan tidak ditentang

3. Tanpa izin suami isteri tidak boleh mensedekahkan harta suami, dan tidak boleh berpuasa sunnah.

4. Isteri harus melayani keinginan suami dalam hubungan badan kecuali uzur, dan tidak boleh keluar ruma tanpa izinnya.

Rasulullah saw bersabda:



أن تطيعه ولا تعصيه , ولا تصدّق من بيتها شيئا إلاّ بإذنه ولا تصوم تطوعا إلاّ بإذنه , ولا تمنعه نفسها وإن كانت على ظهر قتب ولا تخرج من بيتها إلاّ بإذنه

“Isteri harus patuh dan tidak menentangnya. Tidak mensedekahkan apapun yang ada di di rumah suami tanpa izin sang suami. Tidak boleh berpuasa sunnah kecuali dengan izin suami. Tidak boleh menolak jika suaminya menginginkan dirinya walaupun ia sedang dalam kesulitan. Tidak diperkenankan keluar rumah kecuali dengan izin suami.” (Al-Faqih, 3:277)

5. Menyalakan lampu dan menyambut suami di pintu

6. Menyajikan makanan yang baik untuk suami

7. Membawakan untuk suami bejana dan kain sapu tangan untuk mencuci tangan dan mukanya

8. Tidak menolak keinginan suami hubungan badan kecuali dalam keadaan sakit



Rasulullah saw juga bersabda:

حقّ الرجل على المرأة انارة السراج واصلاح الطعام وان تستقبله عند باب بيتها فترحّب به وان تقدّم إليه الطشت والمنديل وان توضئه وان لا تمنعه نفسها إلاّ من علّة

“Hak suami atas isteri adalah bahwa isteri hendaknya menyalakan lampu untuknya, memasakkan makanan, menyambutnya di pintu rumah kala ia datang, membawakan untuknya bejana air dan kain sapu tangan lalu mencuci tangan dan mukanya, dan tidak menghindar saat suami menginginkan dirinya kecuali jika ia sedang sakit.” (Makarim Al-Akhlaq:215)

Begitu pentingnya perhatian isteri terhadap hak-hak suami, Rasulullah saw bersabda:

لا تؤدّي المرأة حقّ الله عزّ وجل حتى تؤدّي حقّ زوجها

“(Ketahuilah) bahwa wanita tidak pernah akan dikatakan telah menunaikan semua hak Allah atasnya kecuali jika ia telah menunaikan kewajibannya kepada suami.” (Makarim Al-Akhlaq:215)



Hak-Hak Isteri

1. Isteri sebagai sumber sakinah, cinta dan kasih sayang. Suami harus menjaga kesuciannya. (QS Ar-Rum: 21)

2. Mendapat perlakukan yang baik

وَ عَاشرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ

“Ciptakan hubungan yang baik dengan isterimu.” ( Al-Nisa’ :19)


3. Mendapat nafkah dari suami

4. Mendapatkan pakaian darinya

5. Suami tidak boleh menyakiti dan membentaknya

Pada suatu hari Khaulah binti Aswad mendatangi Rasulullah saw dan bertanya tentang hak isteri. Beliau menjawab:

حقّك عليه أن يطعمك ممّا يأكل ويكسوك ممّا يلبس ولا يلطم ولا يصيح في وجهك

“Hak-hakmu atas suami adalah ia harus memberimu makan dengan kwalitas makanan yang ia makan dan memberimu pakaian seperti kwalitas yang ia pakai, tidak menampar wajahmu, dan tidak membentakmu” (Makarim Al-Akhlaq:218)

Rasulullah saw juga bersabda:

الكادّ على عياله كالمجاهد في سبيل الله

“Orang yang bekerja untuk menghidupi keluarganya sama dengan orang yang pergi berperang di jalan Allah.”. (Makarim Al-Akhlaq:218)

ملعون ملعون من يضيع من يعول

“Terkutuklah! Terkutuklah orang yang tidak memberi nafkah kepada mereka yang menjadi tanggung jawabnya.” (Makarim Al-Akhlaq:218)

6. Suami harus memuliakan dan bersikap lemah lembut

7. Suami harus memaafkan kesalahannya

Cucu Rasulullah saw Imam Ali Zainal Abidin (sa) berkata:



وأما حق الزوجة فأن تعلم أن الله عز وجل جعلها لك سكنا وأنسا فتعلم أن ذلك نعمة من الله عليك فتكرمها وترفق بها، وإن كان حقك عليها أوجب فان لها عليك أن ترحمها لأنها أسيرك وتطعمها وتكسوها وإذا جهلت عفوت عنها.

“Adapun hak isteri, ketahuilah sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah menjadikan untukmu dia sebagai sumber sakinah dan kasih sayang. Maka, hendaknya kau sadari hal itu sebagai nikmat dari Allah yang harus kau muliakan dan bersikap lembut padanya, walaupun hakmu atas lebih wajib baginya. Karena ia adalah keluargamu Engkau wajib menyayanginya, memberi makan, memberi pakaian, dan memaafkan kesalahannya.”

Agar tidak terjadi perselisihan dan pertikaian dalam melaksanakan hak dan kewajiban ini suami-isteri harus punya komitmen dan tekad yang kuat serta mengkemasnya dengan kemasan yang bijaksana.



Menghindari pertikaian

Rasulullah saw bersabda:

خير الرجال من أمتي الذين لا يتطاولون على أهليهم ويحنّون عليهم ولا يظلمونهم

“Laki-laki yang terbaik dari umatku adalah orang yang tidak menindas keluarganya, menyayangi dan tidak berlaku zalim pada mereka.” (Makarim Al-Akhlaq:216-217)

من صبر على سوء خلق امرأته أعطاه الله من الأجر ما أعطى أيوب على بلائه

“Barangsiapa yang bersabar atas perlakuan buruk isterinya, Allah akan memberinya pahala seperti yang Dia berikan kepada Nabi Ayyub (a.s) yang tabah dan sabar menghadapi ujian-ujian Allah yang berat. (Makarim Al-Akhlaq:213)

أيّ رجل لطم امرأته لطمة أمر الله عزّ وجل مالك خازن النيران فيلطمه على حرّ وجهه سبعين لطمة في نار جهنّم

“Barangsiapa menampar pipi isterinya satu kali, Allah akan memerintahkan malaikat penjaga neraka untuk membalas tamparan itu dengan tujuh puluh kali tamparan di neraka jahanam.” (Mustadrak Al-Wasail 2:550)

Isteri tidak boleh memancing emosi suami, Rasulullah saw bersabda:

أيّما امرأة أدخلت على زوجها في أمر النفقة و كلّفته مالا يطيق لا يقبل الله منها صرفا ولا عدلا إلاّ أن تتوب وترجع وتطلب منه طاقته

“Isteri yang memaksa suaminya untuk memberikan nafkah di luar batas kemampuannya, tidak akan diterima Allah swt amal perbuatannya sampai ia bertaubat dan meminta nafkah semampu suaminya.” (Makarim Al-Akhlaq:202)

Dikisahkan pada suatu hari seorang sahabat mendatangi Rasulullah dan berkata: “Ya Rasulullah, aku memiliki seorang isteri yang selalu menyambutku ketika aku datang dan mengantarku saat aku keluar rumah. Jika ia melihatku termenung ia selalu menyapaku dan mengatakan: Ada apa denganmu? Apa yang kau risaukan? Jika rizkimu yang kau risaukan, ketahuilah bahwa rezekimu ada di tangan Allah. Tapi jika yang kau risaukan adalah urusan akhirat, semoga Allah menambah rasa risaumu.”

Setelah mendengar cerita sahabatnya Rasulullah saw bersabda:

بشّرها بالجنّة وقل لها : إنك عاملة من عمّال الله ولك في كلّ يوم أجر سبعين شهيدا

“Sampaikan kabar gembira kepadanya tentang surga yang sedang menunggunya! Dan katakan padanya, bahwa ia termasuk salah satu pekerja Allah. Allah swt menuliskan baginya setiap hari pahala tujuh puluh syuhada’.” (Makarim Al-Akhlaq: 200)

kikutip tulisan dari Syamsuri Rifa’i

*****

print this page

0 komentar:

Posting Komentar