“Kau mampu Asraf, dengan gaji kau, aku rasa kau mampu untuk beri makan 2 keluarga,” kata2 Hanif, teman kerjanya menguatkan hatinya apabila dia menikah lagi dengan Qistina.
“Abang Asraf, Qis tak menolak, Qis sanggup bermadu jika itu yang ditakdirkan. Bimbinglah Qis, Qis perlukan seseorang yang mampu memimpin Qis,” masih terngiang-ngiang bicara lunak Qis.
Akhir-akhir ini, hatinya tidak tenang rasanya di rumah. Pagi-pagi, selesai solat subuh, cepat-cepat dia bersiap untuk ke berangkat kerja. Tidak seperti biasanya, dia akan sarapan bersama isteri dan anak- anak. Aduhai, Bayangan Qis gadis kelahiran Bumi Kenyalang benar-benar menjerat hatinya.
Saat sedang berdua dengan istrinya asraf memberanikan diri mengungkapkan keinginannya “Sayang, Abang minta izin untuk nikah lagi,” Aliyah yang sedang melipat kain, terdiam seketika. Sedikit terkejut. Adakah pendengarannya kian kabur lantaran usianya yang kian beranjak. Adakah dialog tadi hanya dilafazkan di dalam TV, tapi TV sedang menayangkan iklan Sunsilk..?Dia menghela nafas panjang.
Dia memandang tajam ke wajah Asraf Mukmin suaminya, kemudian tersenyum. Meletakkan kain yang telah siap dilipat di tepi, bangun lantas menuju ke dapur. Langkahnya diatur tenang. Segelas air sejuk diteguk perlahan. Kemudian dia ke bilik Balqis, Sumayyah, Fatimah. Rutin hariannya, mencium puteri-puterinya sebelum dia masuk tidur. Dahulu, semasa puterinya masih kecil, rutin itu dilakukan dengan suaminya. Kini, anak-anak kian beranjak remaja. Kemudian, dia menjenguk kamar putera yang berdua, si kembar, Solehin dan Farihin. selanjutnya dia kembali kepada suaminya.
Asraf Mukmin hanya diam, membatu diri. Dia amat mengenali isterinya. Jodoh yang diatur keluarga hampir 16 tahun yang lepas menghadiahkan dia sebuah keluarga yang bahagia, Aliyah adalah ikon isteri solehah. Namun, kehadiran Qistina, gadis genit yang dikenalnya selama setahun ini benar-benar membuatkan dia lemah. “Abang , Aliyah setuju dengan permintaan Abang. Tapi, Aliyah nak berjumpa dengan wanita tu,” Lembut dan tenang sayup-sayup suara isterinya. Dia tahu, Aliyah bukan seorang yang kasar & pemarah. Aliyah terlalu sempurna, baik tetapi ahh! hatinya kini sedang tergila-gila wanita yang jauh lebih muda.
“Bawa dia ke sini, tinggalkan dia bersama Aliyah selama 1 hari saja, boleh?” pelik benar permintaan isterinya. Hendak diapakan buah hatinya itu? Namun, tanpa sadar dia menganguk, tanda setuju. Sebab, dia yakin isterinya tidak akan melakukan hal yang bukan-bukan. Dan hakikatnya dia seharusnya bersyukur. Terlalu bersyukur. Kalaulah isterinya itu wanita lain, alamatnya perang dunia meletus. Melayanglah periuk belanga. Ehhh, itu zaman dulu-dulu. Zaman sekarang ni, isteri-isteri lebih bijak.
Teringat dia kisah seorang teman yang disiram dengan asid, gara-gara menyatakan keinginan untuk menikah lagi.. Kecacatan seumur hidup diterima sebagai hadiah sebuah perkawinan yang tidak sempat dilangsungkan. Sedangkan dia, hanya mendapat senyuman dari Aliyah.
“Apa, Abang suruh Qis jumpa dengan isteri Abang,” kejut Qis terlihat dari matanya yang berwarna hijau.
“Kak Aliyah yang minta,” masih lembut Asraf membujuk Qis.
“ apa yang dia akan perbuat pada Qis? Takutlah Qis, dia perbuat pada diri Qis yang tidak2!” terkejut Asraf Mukmin.
“Percayalah Qis, Aliyah bukan macam tu orangnya. Abang dah lama hidup dengannya. Abang faham.”
Qistina mengalih pandangannya.
Mau apakah bakal madunya berjumpa dengannya? Dia sering diceritakan dengan pelbagai cerita isteri pertama memukuli & menyakiti isteri kedua. Heh, ini Qistina..Jangan harap dia akan menyakiti aku. Desis hati kecil Qistina.
Hari ini genap seminggu Qistina bercuti seminggu. Seminggu dia menahan rindu. Dicoba untuk menghubungi Qistina, namun tidak bisa karena hensetnya tidak aktif. Rekan serumahnya menyatakan mereka sendiri tidak mengetahui ke mana Qistina pergi. Genap seminggu juga peristiwa dia menghantar Qistina untuk bertemu & tinggal dengan Aliyah selama satu hari. Sedangkan dia diminta oleh Aliyah bermunajat di Masjid Putra. Di masjid itu, hatinya benar-benar terusik. Sekian lamanya dia meninggalkan aktiviti keagamaan di masjid Putra.
Dulu, sebelum dia mengenali Qistina, setiap malam dia akan bersama dengan Aliyah serta anak-anaknya, berjamaah dengan kariah masjid. Kemudian menghadiri majlis taklim agama. Membaca Al-Quran secara bertaranum itu adalah kesukaannya. Namun, diri Qistina membuatnya melalaikan semuanya. Bayangan Qistina memudarkan bacaan Al-Qurannya. Hatinya benar-benar sunyi. Sunyi dengan tasbih, tasmid yang sering dilagukan. Seharian di Masjid Putra, dia cuba mencari dirinya, Asraf Mukmin yang dulu. Asraf Mukmin anak Imam Kampung Seputih. Asraf Mukmin yang asyik dengan mengaji. Menitis air matanya. Hatinya masih tertanya-tanya, apakah yang telah terjadi pada hari itu. Aliyah menunaikan tanggungjawabnya seperti biasa. Tiada kurang layanan Aliyah. Mulutnya seolah-olah terkunci untuk bertanya hal calon madu Aliyah.
Pagi hari setelah dia selesai mandi dan berpakaian dan hendak berangkat kerja ada sms masuk ke inbox hensetnya.
“Qis minta maaf. Qis bukan pilihan terbaik utk Abang jadikan isteri. Qis tidak sehebat kak Aliyah. Qis perlu jadikan diri Qis sehebatnya untuk bersama Abang.”
Dibawah hensetnya, ada map coklat besar, bertulisan...
Kepada: Asraf Mukmin, Suami yang tersayang… Asraf Mukmin membuka perlahan.
Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Mengasihani.
Salam sejahtera buat suami yang tercinta, moga redhaNya sentiasa mengiringi jejak langkahmu. Abang yang dikasihi, genap seminggu sejak perjumpaan Aliyah dengan Qistina. Terima kasih karena Abang membawakan Aliyah seorang calon madu yang begitu cantik. Di sini Aliyah kemukakan penilaian Aliyah.
1. Dengan ukuran badan ala-ala model, dia memang mengalahkan Aliyah yang sudah tidak nampak bentuk badan. Baju- bajunya memang mengikut peredaran zaman. Tapi, Aliyah sayangkan Abang. Aliyah tak sanggup melihat Abang menanggung dosa. Sedangkan dosa Abang sendiri masih belum mampu untuk dijawab di akhirat sana , apalagi Abang hendak menggalas dosa org lain. Aliyah sayangkan Abang…
2. Aliyah mengajak dia memasak. Memang pandai dia masak, apalagi western food. Tapi, Aliyah sayangkan Abang. Aliyah tahu selera Abang hanya pada lauk pauk kampung. Tapi tak tahulah pula Aliyah kalau-kalau selera Abang sudah berubah. Tapi, Aliyah masih ingat lagi, masa kita sekeluarga singgah di sebuah restoran western food, Abang muntahkan semua makanan western food itu. Lagipula anak-anak kita semuanya ikut selera ayah mereka. Kesian nanti, tak makan pula anak-anak kita. Aliyah sayangkan Abang…
3. Aliyah mengajak dia solat berjemaah. Kelam kabut dibuatnya saat Aliyah minta dia jadi Imam. Ya Allah, nanti dia akan menjadi ibu pada anak Abang yang lahir, dan Aliyah harapkan dia mampu untuk mengajar anak-anak Abang untuk menjadi imam dan imamah yang beriman. Tapi, kalau dia sendiri pun kebingungan dalam memakai mukena…hmmm.. Aliyah sayangkan Abang…
Abang yang disayangi, cukuplah rasanya penilaian Aliyah. Kalau diungkap satu persatu, Aliyah tak terdaya. Abang lebih memahaminya. Ini penilaian selama 1 hari, Abang mungkin dapat membuat penilaian yang jauh lebih baik karena Abang mengenalinya lebih dari Aliyah mengenalinya.
Abang yang dicintai, di dalam sampul ini ada surat keizinan berpoligami. Telah siap Aliyah tandatangan. Juga sekeping tiket penerbangan ke Sarawak. Jika munajat Abang di Masjid Putra mengiayakan tindakan Abang ini, ambillah surat ini, isi dan pergilah kepada Qistina. Oh ya, sebelum terlupa, Qistina telah berada di Sawarak. Menunggu Abang… Aliyah sayangkan Abang…
Tetapi jika Abang merasakan Qistina masih belum cukup hebat untuk dijadikan isteri Abang, pergilah cari wanita yang setanding dengan Aliyah… Aliyah sayangkan Abang…
Tetapi, jika Abang merasakan Aliyah adalah isteri yang cukup baik untuk Abang..Aliyah tunggu abang di ruang makan karena Aliyah sudah menyiapkan sarapan kegemaran Abang, roti canai…dan kita makan bersama anak-anak.
Salam sayang,
Aliyah Najihah binti Mohd Hazery.
Ketika tangannya membuka pintu kamar. Di situ berdiri Aliyah Najihah dengan senyuman manisnya!
Benar, tiada isteri sehebat Aliyah isterinya!
~ kiriman dari Nur Fitrah ~
Senin, 14 Desember 2009
Izinkan Abang menikah lagi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
bersyukur sekali tuh si Asraf punya istri yg solehah
Posting Komentar